NAMA :ANDI MARDIANA.P
NIM: 084 104 023
PENDIDIKAN SEKS
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, tidak setuju dengan keinginan sejumlah pihak agar diberikan pendidikan seks di sekolah kepada murid, terkait dengan maraknya peredaran film porno yang diduga dilakukan oleh sejumlah artis.
"Saya mungkin sebagai orang yang kuno. Tapi saya melihat bahwa pendidikan seks di sekolah tidak perlu," kata Mendiknas M Nuh, kepada pers di Istana Wapres Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dikatakan usai mengikuti rapat Komite Pendidikan yang dipimpin Wapres Boediono dan diikuti Menkeu Agus Martowardoyo, Menag Suryadhama Ali, Menpan dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan, serta Meneg Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.Menurutnya, dirinya sangat prihatin dengan adanya peredaran film porno tersebut dan menyayangkan hal yang sifatnya pribadi bisa beredar di masyarakat.
Dalam pandangannya, pendidikan seks tidak perlu menjadi salah satu kurikulum di sekolah karena seks adalah bisa tumbuh dan muncul secara alamiah tanpa harus diajarkan.
"Soal seks setiap masyarakat tentunya akan memiliki pengetahuan secara alamiah tanpa harus ada yang mengajarkan. Jadi saya tidak setuju dengan keinginan pendidikan seks di sekolah," katanya.Terkait untuk menghindarkan agar film atau majalah porno tidak beredar di sekolah, dirinya, setuju agar para guru terus aktif melakukan pemeriksaan terhadap para siswa, terutama dengan menggeledah tas serta telepon genggam.
"Saya akan segera perintahkan kepada para kepala Dinas Pendidikan untuk selanjutnya diteruskan ke kepala sekolah agar meningkatkan pengawasan terhadap sesuatu hal yang berbau pornografi di sekolah-sekolah," kata Mendiknas.Nuh mengakui dirinya sampai sekarang belum menyaksikan film porno yang diduga dilakukan oleh sejumlah artis dan menghebohkan masyarakat, sehingga tidak tahu persis sampai batas mana tindakan porno atau seks yang dilakukan pelaku.Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa jika hal tersebut benar-benar terjadi maka patut disesalkan apalagi di saat pemerintah sedang membangun karakter bangsa.
Enyahkan Mitos Pendidikan Seks
Sabtu, 5 Juni 2010 | 16:24 WIB
Kompas/Lasti Kurnia
Setiap anak muda memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seks secara akurat dan seimbang.
TERKAIT:
• Jangan Bohongi Anak soal Seksualitas
• Pendidikan Seks untuk Anak Autis
• Jupe Ingin Mengajar Pendidikan Seks
• Edukasi Seks Revolusioner Ala Dr. Love
• Pendidikan Seks bagi Anak Jangan Ditabukan
• GramediaShop: World Cup 2010
JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap anak muda memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seks secara akurat dan seimbang, termasuk informasi tentang alat kontrasepsi, misalnya kondom. Lengkapi dengan penjelasan mengenai pelayanan kesehatan yang profesional, seks yang aman, dan sebagainya. Jangan sampai hak itu terabaikan, gara-gara kita lebih percaya mitos.
Mitos: Pendidikan seks hanya perlu diberikan pada orang yang mau menikah.
Fakta: Menurut sebuah penelitian, sikap seperti itu tidak bakal menunda aktivitas seksual di kalangan remaja. Justru pemahaman yang sangat sedikit dan keliru tentang seksualitas memudahkan banyak remaja terjerumus ke dalam perilaku seks tidak sehat.
Mitos: Pendidikan seks mendorong para pelajar menjadi aktif secara seksual.
Fakta: Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengevaluasi 47 program di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Dalam 15 studi, pendidikan seks dan HIV/AIDS menambah aktivitas seksual dan tingkat kehamilan serta infeksi menular seksual.
Liputan6.com, Manila: Murid sekolah dasar dan menengah Filipina bakal diajarkan pendidikan seks dasar mulai tahun ajaran baru tahun ini. Demikian dikatakan Wakil Menteri Pendidikan Teresita Inciong di Manila, Selasa (1/6). Inciong menjelaskan, uji coba pendidikan seks ini akan diintegrasikan dalam mata pelajaran reguler, termasuk ilmu pengetahuan alam, kesehatan, bahasa Inggris dan olahraga. Hanya saja, menurut pemimpin proyek yang didanai Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, pihaknya tidak akan menyertakan informasi tentang alat kontrasepsi. Tapi, terfokus pada penjelasan perubahan tubuh serta berhubungan dengan lawan jenis."Pada tahap awal ini pendidikan kesadaran kesehatan reproduksi ini akan diuji di 80 sekolah dasar dan 79 sekolah menengah yang dimulai dari siswa kelas lima berusia 11 hingga 12 tahun,"ujar Inciong.
Sementara, Menteri Pendidikan Valisno Mona berujar, "Lebih baik sekolah yang mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anak ketimbang mereka belajar dari tempat lain yang sulit terpantau seperti Internet."Namun, juru bicara Konferensi Wali Gereja Katolik Monsignor Pedor Qitorio menentang. Ia berpendapat pendidikan seks harus menjadi tanggung jawab utama orangtua. Sedangkan jika diajarkan kepada siswa, tidak harus dimulai di sekolah dasar. Melainkan di perguruan tinggi. Selain itu, pihak gereja juga mengkhawatirkan pendidikan ini bisa mendorong perilaku pemuda melakukan hubungan seksualitas di luar nikah sejak dini.Saat ini beberapa keluarga di Filipina menghadapi fenomena sosial anak terpaksa ditinggalkan oleh orangtua mereka karena menjadi pekerja imigran di luar negeri. Dengan demikian, beberapa anak generasi saat ini harus dibesarkan oleh kerabat, bahkan tetangganya. Alhasil, anak tumbuh tanpa pantauan langsung orangtua.
Pendidikan Seks, Perlukah?
Oleh Faturochman*
Ada cerita Iucu yang terjadi di negeri China sebelum terjadi tragedi.Tianamen yang dikutip Newsweek. Suami istri datang ke dokter untuk konsultasi.sehubungan dengan keinginan mereka memiliki anak. Masalahnya, dua tahun kawin ternyata belum punya anak. Hasil diagnosis tidak menunjukkan adanya kelainan fisik pada suami istri itu yang menyebabkan terhambatnya proses
kehamilan.Usut punya usut, dan ini yang mengejutkan dokter, ternyata mereka belum pernah berhubungan seksual selama dua tahun masa perkawinannya. Mengapa?Ini yang Iebih mengherankan. Menurut pasangan ini, dengan tidur bersama disatu tempat tidur, tanpa melakukan hubungan seksuaI, dikiranya bisa hamil.
Cerita diatas menjadi lucu bagi mereka yang tahu tentang proses terjadinya kehamilan. Dan cerita-cerita semacam itu di Cina konon . dijadikan cara untuk menggolkan usaha penerapan pendidikan seksual disana. Memang saat itu diCina masalah keterbukaan seksual berkembang seirama dengan program keterbukaan dengan tokohnya Zhao Zhiyang. Tak tahulah sekarang yang berkembang disana setelah program keterbukaan dihabisi bersama peristiwa Tianamen.Ada juga cerita lain yang lucu. Dan ini berlawanan dengan cerita diatas.Sepasang muda-mudi diadili oleh orang tuanya karena telah berbuat yang menyebabkan si pemudi tadi hamil. Mereka menyangkal bersalah. Mereka tidak menyangka bahwa dengan hubungan seksual yang telah dilakukan akan berakibat hamil.
Cerita yang kedua ini barankali juga susah diterima, sebab kalau tidak tahu hubungan seks bisa menyebabkan kehamilan kenapa mereka tahu dan bisa berhubungan seks. Inilah barangkali keanehan dunia. Sesuatu yang tidak diduga dan sering tidak naIar, terjadi juga.Kedua kejadian seperti diatas tadi berawal dari hal yang sama.Ketidaktahuan. Bedanya, yang pertama tahu tentang tujuan yang diinginkan tapi tidak tahu cara yang mesti ditempuh. Yang kedua tahu tentang perbuatan tapi tidak tahu akibatnya.Adanya ketidaktahuan seperti diatas itulah kemudian muncul gagasan untuk memberikan informasi tentang masalah-masalah seksual pada kalangan tertentu. Di sekitar kita juga terlihat gejala akhir-akhir ini dengan makin banyaknya forum dialog, diskusi, atau ceramah yang berkaitan dengan topik seks. Remaja termasuk sasaran utamanya. Dilihat dari tempatnya juga sangat variatif. Mulai dari pengajian, masjid, gereja sampai ke hotel berbintang.
Dan forum-forum yang berlangsung singkat seperti itu, biasanya sekitar setengah hari, apakah cukup efektif? Bahkan dipertanyakan apakah tidak justru merangsang peserta untuk mencoba dan membuktikan informasi yang didapatnya itu? Dengan kata lain apakah justru tidak membawa akibat buruk.Yang menarik adalah munculnya pendapat dari forum-forum tersebut tentang dirasa perlunya pendidikan seks. Asumsinya, dengan pengetahuan yang komplit akan dihasilkan sesuatu yang lebih baik. Dua kasus diatas jugamemperkuat alasan perlunya pendidikan seks.
Kasus di Amerika
Masih dipertanyakan pendidikan seks yang banyak didengungkan selama ini, konsep barat atau konsep kita! Sebagian orang yang berpendapat bahwa pendidikan seks merupakan konsep barat memang beralasan. Terutama melihat kenyataan bahwa keterbukaan masalah seksual berkembang disana. Sebaliknya,yang berpendapat tentang konsep pendidikan seks tidak hanya berkembang di barat, tetapi juga di timur, mengemukakan bahwa masalah seks adalah masalah universal. Terjadi dimana saja. Demikian juga pendidikan seks. Barangkali yang menjadi masalah adaIah keterbukaan secara eksplisit yang lebih menonjol dibarat.
Terlepas dari mana datangnya konsep itu yang jelas pendidikan seks memang lebih berkembang di negara-negara maju, terutama di barat. Karenanya untuk melengkapi tulisan ini ada baiknya melihat keadaan pendidikan seks disalah satu negara tersebut, dalam haI ini diambil Amerika Serikat.Pada tahun 1986 sekitar 80 persen di tingkat menengah sekolah-sekolah di AS telah memberi peIajaran yang mengandung topik-topik pembicaraan yang berkaitan dengan masaIah seksual (Marsiglio dan Mott, 1986). Dilihat dari jumlah remaja yang terlibat, terdapat 67-85 persen yang pernah mengikuti pembicaraan
topik-topik tersebut.
Tampaknya alasan yang dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan seksual adaIah banyaknya kasus kehamilan dan melahirkan di usia muda. Karena hamil dan melahirkan pada usia muda memiliki risiko yang tinggi(tidak sehat atau mati), maka perlu dicegah. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan jalan memberitahu mereka. Maka dipilihlah pendidikan seks untuk meningkatkan pengetahuan pada remaja tentang masalah seks dalam rangka mencegah efek-efek dari hubungan seks tersebut.
Tujuan tersebut ternyata berhasil. Hasil penelitian dua orang ahli yang telah disebutkan tadi didukung oleh Dawson (1986) dengan penelitiannya yang menunjukkan bahwa kasus kehamilan remaja menurun setelah ada pendidikan seks. Pengetahuan remaja tentang masalah-masalah seksual yang meliputi antara lain siklus menstruasi, proses kehamilan, penyakit-penyakit yang berkaitan dengan seks, dan metode-metode pencegahan kehamilan, bertambah dengan mengikuti pendidikan seks. Pengetahuan cara-cara pencegahan kehamilan juga dipraktekkan. Alhasil tingkat kehamilan remaja menurun.Bukan berarti tidak ada masalah yang muncul pada pendidikan seks di AS.Tidak ada keseragaman kurikulum antara negara bagian yang satu dengan
negara bagian yang lain dan keterbatasan materi pengajaran menyulitkan guru dalam memberi pelajaran.Tekanan-tekanan terhadap guru pengajar datang dari para orang tua,masyarakat, bahkan yayasan sekolah dimana mereka mengajar (Forrest dan Silverman, 1989). Dengan kata lain masih banyak yang menentang pendidikan seks di sekolah, baik terhadap materi maupun cara mengajar.
Kondisi Kita
Di Amerika Serikat pendidikan seks mempunyai tujuan konkrit dan mendasarkan pada fakta. Tingginya tingkat kehamilan remaja disana karena banyak remaja yang aktif melakukan hubungan seks, sedikit diatas 60 persen.Bahkan menurut Family Planning Perspective edisi bulan Maret/April 1989.pendidikan seks yang sekarang dilakukan makin penting berkaitan dengan menjalarnya AIDS. Karenanya berkembang sekaligus disana pendidikan seks dan pendidikan AIDS.Bagaimana pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku seksual? Dari hasil penelitian Dawson ditemukan bahwa mereka yang pernah mendapatkan pendidikan seks memiliki sikap yang lebih toleran terhadap perilaku seksual yang dilakukan orang lain.Ditinjau dari sudut pandang psikologi sikap yang demikian itu bisa merupakan potensi untuk berperilaku. Pada kenyataannya memang bisa terjadi demikian. Hasil penelitian Marsiglio dan Mott menemukan pengaruh pendidikan seks yang signifikan pada perilaku seksual, terutama pada remaja yang berusia lebih muda (15-16 tahun).Dari data-data yang disajikan jelas bahwa pendidikan seks berpengaruh terhadap penurunan proporsi kehamilan remaja terutama karena mereka menggunakan cara-cara pencegahan kehamilan. Karena terbukti juga bahwa pendidikan seks mendorong remaja awal melakukan hubungan seks, maka kita perlu berhati-hati bila mengusulkan untuk menyelenggarakan pendidikan seks.Belum Iagi kalau ditinjau secara teknis yang juga banyak mengalami hambatan.Kekhawatiran bahwa pendidikan seks akan memacu dorongan remaja melakukan hubungan seks memang beralasan. Meskipun di Amerika peristiwa ini terjadi sebatas pada remaja awal bukan berarti kita bisa memanfaatkan untuk remaja usia 15-16 tahun di AS barangkali sebanding dengan tingkat perkembangan remaja kita hingga usia 20 tahun. Hasil-hasil penelitian memang menunjukkan remaja kita lebih lambat matang.Relevansi pendidikan seks bagi kita juga masih perlu dipertanyakan.Jumlah remaja yang hamil, meskipun tidak ada data konkrit, masih sangat sedikit bila dibanding AS. Yang lebih penting jangan sampai justru program ini meningkatkan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum nikah,yang saat ini masih kecil. Belum lagi kaitannya dengan norma kita yang jauh berbeda dengan norma di Amerika. Disana masalah seks bisa dibicarakan secara terbuka. Disini sebaliknya, masih banyak yang menganggap hal itu sebagai tabu.Pendidikan seks memang bermanfaat dan perlu, tetapi bukan untuk remaja saat ini. Sepuluh tahun lagi atau lebih barangkali sudah menjadi kebutuhan.Dengan giatnya program KB barangkali pendidikan seks bisa sesuai untuk mereka yang sudah berkeluarga muda. Mereka memang masih banyak mengalami kesulitan dengan masalah yang satu ini, seks.Tidak setuju bukan berarti ketinggalan jaman. Sebab, salah satu ahli dalam bidang seks, Warren R. Johnson (1968), justru mengatakan pendidikan seks yangterbaik adalah tidak ada pendidikan seks sama sekali.
*Faturochman adalah pengajar di Fak. Psikologi dan peneliti di Puslit
Kependudukan UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar