Senin, 21 Juni 2010

“Budaya Nasional Sebagai Dasar Pendidikan Nasional”

Pendidikan sebagai proses kebudayaan dan melakukan proses interaksi terjadi transformasi budaya dari generasi tua, yaitu guru kepada generasi muda, yaitu peserta didik. Tilaar (1999:9) mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang menabrkan benih-benih budaya dan beradaban manusia yang hidup dan dihadapi oleh nilai-nilai atua visi yang berkembang atau dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Hal ini dinamakan pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang dapat dinilai dari kinerjanya, dipandang dari dimensi pengetahuan, cara berfikir, sikap, perilaku, cara kerja, melihat dan menanggapi serta memecahkan masalah (Djohar 1999:128). Jika pendidikan sebagai suatu proses yang menghasilkan manusia yang berbudaya, proses pembelajaran merupakan bentuk operasional penebaran budaya kepada peserta didik di dalam aktivitas social yang disebut kelas. Berbagai kemampuan manusia diperoleh melalu proses pendidikan. Dengan demikian, pendidikan adalah proses kebudayaan.
Konsep pendidikan yang berwawasan budaya yang disampaikan Djohar sejalan dengan konsep mata pelajaran seni budaya dan keterampilan, menuntut peserta didik yang belajar seni memiliki kinerja seperi seniman, dan peserta didik yang belajar sains memiliki kinerja seperti saintis. Untuk mewujudkan budaya seni dan budaya ilmu pada peserta didik, perlu diasimilasikan dengan proses seni atau proses sains dalam proses pembelajarannya. Ki Hajar Dewantara menyebut proses belajar harus diasimilasikan yang artinya menjadi satu. Asimilasi membuat sesuatu menjadi barubukan meniru belaka tetapi mengelolah atau memodifikasi menjadi baru. Sosialisai nilai budaya melalui pembelajaran dengan cara asimilasi lebih memiliki makna dan kekuatan bagi peserta didik. Agar terjadi proses sosialisasi, enkulturasi, dan internalisasi budaya pada peserta didik dengan baik, perlu dilibatkan secara langsung dengan proses nilai-nilai budaya secara langsung.
Para ahli pendidikan dan antropo;ogi sepakat mengatakan bahwa budaya adalah dasar terbentuknya kepribadian manusia. Dari budaya terbentuk identitas seseorang, masyarakat dan suatu bangsa. Pendidik dan pesrta didik sebagai pelaku aktif dalam pembentukan insan-insan yang berbudaya harus selalu mencari dan mengembangkan proses yang disebut pembelajaran. Kelas sebagai tempat terjadinya proses kebudayaan yang harus dikondisikan agar transefer budaya tersebut dapat berjalan dengan baik. Peningkatan motivasi belajar harus dikembangkan dengan berbagai strategi pembelajaran agar proses pembudayaan dapat berjalan dengan baik dan wajar. Tanpa tanggung jawab, kesadaran dan kerja keras proses pembudayaan melalui proses pembelajaran tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Hasil budaya itu bukan hanya diperoleh dari pendidikan formal (sekolah) saja tetapi juga diperoleh dari pendidikan informal (keluarga) maupun nonformal (lingkungan masyarakat dimana ia berada). Seperti di negara kita ini, Indonesia sebagai Negara agraris dimana mayoritas peduduknya memiliki kebudayaan bertani, tetapi ada juga yang memiliki kebudayaan melaut yang tinggal di pesisir pantai. Dinama kebudayaan tersebut diperoleh dari warisan turun temurun.
Antara seniman, penikmat, masyarakat penyangga, pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Pendidikan tidat terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat. Sebaliknya, tidak ada suatu proses kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan hanya dapat terjadi dalam hubungan antar manusia dalam masyarakat tertentu. Dalam pengertian masyarakat terkandung tiga aspek penting yaitu:
1. Kebudayaan dialihkan dari satu generasi ke generasi lainnya, kebudayaan sebagai warisan tradisi social,
2. Kebudayaan dipelajari,
3. Kebudayaan dihayati dan dimiliki bersama oleh masrakat pendukungnya.
Dalam pengertian itu kebudayaan sebagai suatu model pengetahuan, nilai-nilai dan kepercayaan yang senantiasa terjadi melalui proses pendidikan. Disadari atau tidak disadari proses pendidikan itu berjalan secara alamiah di masyarkat pendukungnya. Transfer pengetahuan dapat terjadi di dalam keluarga, di masyarakat melalui pendidikan nonformal, maupun di lembaga formal. Seni rupa tradisi kita berkembang subur justru melalui pendidikan nonformal dan informal di situ terjadi proses pembelajaran melalui learnig by doing, sistem nyantrik dan belajara sambil bekerja berjalan dengan baok dan menghasilkan berbagai produk keterampilan seni luar biasa.
Seniman, guru, pekerja seni yang lain melaksanakan proses pendidikan bukan sekedar tranformasi nilai-nilai kebudayaan saja, tetapi mencipta, mengubah, memperbaharui, memperkaya, bahkan dapat mematikan kebudayaan itu sendiri.hal ini berarti bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Pendidikan yang tidak berakar dari kebudayaan sendiri akan terlempar oleh derasnya arus globalisasi. Proses pendidikan harus sesuai dengan kebudayaan perserta didik. Pendidikan akan berjalan lebih mudah jikan dilaksanakan melalui kerangkan budaya peserta didik, yang mempu melibatkan banyak pihak (orang tua, keluarga, dan masyarakat) sebagai pelaku budaya dan mampu menjaga kesinambunagn budaya tempat penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan. Pada situasi sekarang keberadaan seni tradisi kita mulai kurang diminati oleh generasi muda, ditinggalkan generasi penerus, mereka lebih menyukai budaya pop baik dari budaya sendiri maupun budaya dari luar.

b. COTOH KASUS
Kurangnya kesadaran generasi muda akan pentingnya kebudayaan suatu bangsa, kondisi semacam ini membuat kita secara tidak sadar akan kehilangan jati diri bangsa kita sendiri. Seperti kita ketahui sekarang ini budaya tradisi kita mulai bertebaran dan tumbuh baik di manca Negara. Contonya di Malaysia dimana negera tersebut mengklaim budaya Indonesia (batik, reog, tari pendet bahkan sampai makanan tradisonal Negara kita) menjadi budaya mereka, sangat kejam bukan????????
Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari globalisasi budaya. Justru ironis lagi, pemilik budaya asli krang peduli untuk mengembangkan dan melestarikan, tetapi kalau digunakan orang lain mereka marah. Siapakah yang bersalah dalam sasus ini??????
Maka, tujuan pendidikan nasional tidak bisa tidak, adalah untuk membudayakan manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai budayanya sendiri. Pendidikan dan kebudayaan merupakan suatu integrasi lengkap karena pendidikan merupakan unsur kebudayaan.



Oleh :
Wanti Yuningsih Pratiwi
084104001
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar